Capsaicin sebenarnya salah satu bentuk antioksidan yang khas ditemukan pada cabai dan buah yang masih satu rumpun dengannya. Zat ini rasanya hambar, tidak berbau, dan tidak berwarna. Jumlah capsaicin bisa berbeda dar satu jenis cabai dengan lainnya. Menurut Malena Perdermo , MS, RD, CDE, profesor gizi pada departemen profesi kesehatan di Metropolitan State College of Denver, makin tinggi capsaicin maka rasa pedas makin kuat dan antioksidan juga bertambah banyak.
Kabar baiknya, capsaicin pada cabai ini justru bagus bagi orang-orang yang menjalani diet. Dikutip dari situs WebMD, zat tersebut membantu menekan nafsu makan untuk beberapa saat. Di samping itu, sensasi panas pada cabai dimungkinkan mempengaruhi proses metabolisme tubuh untuk berjalan lebih cepat.
Studi yang dilakukan oleh peneliti Heber dan rekannya dari UCLA University menemukan, pasien yang harus menjalani diet 800 kalori per hari terbantu dengan capsaicin yang ada dalam paprika. Pasien ini menjalani diet rendah kalori yang pastinya berdampak pada proses metabolisme.
"Ketika Anda sedang diet rendah kalori, tingkat metabolisme Anda turun sekitar 10 % sampai 15 %. Dan, olahraga tidak akan mengatasinya," kata Heber.
Untuk itu, setiap hari para pasien diberikan sintetis dari dihydrocapsiate (DCT) yang mirip dengan capsaicin namun tidak pedas. Ternyata, zat ini mampu memberikan pembakaran kalori tambahan sampai 80 kalori tiap harinya. Hanya saja peneliti mengingatkan, mengonsumsi capsaicin saja tidak cukup untuk program diet. Program ini mesti dipadukan dengan aktivitas fisik maupun diet sehat lain agar hasinya efektif. Capsaicin pada cabe digunakan sebagai salah satu penunjang keberhasilan diet.
***
(Penulis: Ilham Choirul)
Foto kredit: lintasterkininews.com (Klik gambar untuk memperbesar)
0 komentar:
Post a Comment